Imam Syafi'i Sang Bintang Musytari
Nama
lengkap imam syafi’I adalah Muhammad bin idris bin al-abbas bin utsman bin
syafi’i bin sa’ib bin abdi yazid bin hasyim bin al-muthallib bin abdi manaf bin
qushoy bin kilab bin murrah bin ka’ab bin luai bin ghalib bin fihr bin malik
bin nadhar bin kinanah bin khuzaimah bin mudrikah bin ilyas bin mudhar bin
nazar bin mu’ad bin adnan. Nasab imam syafi’I bersambung dengan Rosululloh SAW di kakek
beliau yang bernama abdi manaf. sEdangkan sa’ib kakek nya imam syafi’I termasuk
salah satu sahabat nabi Muhammad SAW. Di masa tragedi perang badar kakek imam
syafi’I, sa’ib masih kafir dan menjadi tahanan setelah mengalami kekalahan,
kemudia setelah dia masuk islam dan mengakui kebenaran setiap apa apa yang datang
dari nabi Muhammad SAW.
Ibunda imam
asy syafi’Ie , Fatimah telah memiliki firasat semenjak mengandung beliau, bahwa
anak yang ada dalam kandungan yang ada
di dalamnya kelak akan menjadi orang besar dan ternama. Sebab Sebelum kelahiran
imam syafi’I, fatimah ( ibunda beliau ) bermimpi melihat bintang musytari keluar
dari rahimnya lalu beredar ke mesir dan singgah di beberapa kota di daerah
sana.
Dari mimpi
mimpi itu ibunda beliau sudah memprediksikan bahwa beliau akan menjadi seorang yang terkenal dan akan di segani oleh banyak orang,predikisi
prediksi itu mulai tampak benar ketika imam syafi’I masih kecih, beliau
memiliki kecerdasan yang melebihi teman temannya, banyak para ulama yang memuji
kelebihan imam syafi’I dalam memahami dan mengahafal pelajaran. beliau
bisa menghafal kitab muwattha’ dalam kurun waktu tujuh malam dan beliau sudah
di beri izin sang sang guru berfatwa semenjak beliau berumur lima belas tahun.
Hal ini merupaka sebuah kelebihan yang jarang di miliki oleh seseorang.
Hari hari
imam syafi’I di penuhi dengan berbagai kegiatan keilmuan, seperti menghadiri
majelis dan memberikan pengajaran fikih . imam syafi’I lebih sering duduk dari
pada berjalan. Akibatnya, pada usia setengah baya ,imam syafi’I sudah menderita
wasir yang sangat parah dan sulit di sembuhkan. Konon, apabila beliau menunggangi
kuda, maka sarung dan pelana kudanya akn di penuhi darah, bahkan sampai
mengalir ke sepatunya. Ketika imam syafi’I tidur , keluarganya imam syafi’I
harus meletakkan wadah di bawah ranjang untuk menampung darahnya. Semakin hari
penyakit itu semakin parah, bahkan tambah parah. Sehingga pada malam jum’at
terkahir bulan rajab tahun 204 H imam syafi’I memenuuhi panggilan sang ilahi.
Beliau kemudian di makamkan di tanah milik bani zahrah , anak cucu Abdullah bin
abdurrahaman bin auf az zuhri.
EmoticonEmoticon