Saturday, 4 June 2016

Pengertian dan Cara Melakukan Taubat Nasuha



Pengertian dan Cara Melakukan Taubat Nasuha

 
التائب حبيب الله والتائب من الذنب كمن لا ذنب له    أخرجه ابن ماجه

“Orang yang bertaubat adalah kekasih Allah dan orang yang bertaubat dari dosa bagaikan        tidak ada dosa baginya.” (HR. Ibnu Majah)
        Taubat ialah menyesali sesuatu perbuatan jelek yang telah dilakukan dan meminta ampunan kepada Allah, serta mempunyai azam (bermaksud) untuk tidak mengulangi perbuatan itu lagi. Istilah taubat sudah ada semenjak Nabi Adam dikeluarkan dari surga. Nabi Adam yang dianggap telah melanggar perintah Allah itu kemudian menyesali perbuatannya dan segera bertaubat pada Allah selama beberapa tahun seraya berdoa  ربنا ظلمنا انفسنا وان لم تغفر لنا أو ترحمنا لنكونن من الخاسرين .
Pengertian dan Cara Melakukan Taubat Nasuha
Dalam islam, disyariatkannya taubat pada tahun ke 9 dari hijrahnya Nabi ke Madinah. Sewaktu Rasulullah pergi berperang dalam peperangan Tabuk, ada beberapa lelaki yang tidak mengikuti peperangan tersebut, kemudian diajarkan pada mereka apa yang patut mereka dapatkan. Tiga orang dari mereka bertaubat, kemudian Allah menerima taubat mereka. Sebelum islam datang, taubat itu lebih sulit dilakukan, berbeda dengan taubat yang dibawa oleh Nabi Muhammad untuk umatnya. Jika kaum Bani Israil melakukan dosa besar kemudian ingin bertaubat, tidak ada jalan lain yang Allah akan mengampuninya kecuali dengan membunuh dirinya sendiri.
Dalam bertaubat, tidak cukup hanya sekadar beristighfar, Allah berfirman dalam ayat sucinya  “Wahai orang-orang yang beriman, taubatlah kalian kepada Allah dengan taubat nasuha” maksud kata Nasuha adalah  الخالص لله تعالى خاليا عن الشوائب . Taubat juga tidak khusus ketika seseorang melakukan dosa besar, taubat itu wajib bagi setiap orang disetiap saat, karena perilaku dan perkataan seseorang pasti tidak lepas dari kesalahan. Jika taubatnya itu sudah memenuhi kriteria taubat yang benar, taubatnya dianggap sah dan diterima oleh Allah.
Ibnu Athoillah as-Sakandari mengatakan dalam kitab al Hikam ,kemaksiatan yang bisa menjadikan orang itu merasa hina dan butuh pada Allah itu lebih baik daripada ketataan yang dapat menimbulkan dalam hati seseorang sifat besar dan sombong.  Sekilas, maksiat itu lebih baik daripada to’at, tentu  dalam hal ini tentu ibnu Atoillah  tidak bermaksud seperti itu. Arti dari kata-kata tadi adalah bertaubat setelah melakukan kemaksiatan, sehingga diri si pelaku merasa sangat hina dan butuh kepada Allah itu jauh lebih baik daripada orang yang sehari-harinya melakukan ketaatan kepada Allah sehingga dalam dirinya timbul rasa sombong, tinggi dan merasa dirinya sudah selamat dari neraka Allah. Itu karna sifat  hina dan merasa butuh pada Allah adalah sifat kehambaan sedangkan sifat sombong dan tinggi adalah sifat ketuhanan yang mana jika kita menggunakan kedua sifat itu, akan membuat kita menjadi hina dan ketaatan yang kita lakukan menjadi tidak diterima.
Tidak dipungkiri, bahwa setiap orang pasti melakukan kesalahan baik secara qouli ataupun fi’li. Jadi, taubat adalah  salah satu upaya untuk menutupi dosa yang telah kita buat. Taubat juga bertujuan untuk mendapatkan kembali hidayah dari Allah agar hati tenang dan tentram untuk kembali beribadah kepada Allah. Nabi Muhammad pernah bersabda     التائب حبيب الله والتائب من الذنب كمن لا ذنب له  أخرجه ابن ماجه   “orang yang bertaubat adalah kekasih Allah dan orang yang bertaubat dari dosa bagaikan tidak ada dosa baginya”. Allah sangat menyukai hambanya yang bertaubat kerna dengan hal itu,hamba tersebut merasa butuh pada Allah dan menyesali perbuatannya.
Akhiran,semoga kita semua dijadikan oleh Allah sebagai hamba yang senantiasa ingat kepada Allah dan diberi hidayah untuk terus melakukan ibadah serta bertaubat kepada Allah.Wallahu a’lam.

oleh; Ust. Muzammil musthofa

Artikel Terkait


EmoticonEmoticon