Pengertian dan Cara Melakukan Taubat Nasuha
التائب حبيب الله والتائب من الذنب كمن لا ذنب له أخرجه ابن ماجه
“Orang
yang bertaubat adalah kekasih Allah dan orang yang bertaubat dari dosa bagaikan
tidak ada dosa baginya.” (HR. Ibnu Majah)
Taubat ialah menyesali sesuatu
perbuatan jelek yang telah dilakukan dan meminta ampunan kepada Allah, serta
mempunyai azam (bermaksud) untuk tidak mengulangi perbuatan itu lagi. Istilah
taubat sudah ada semenjak Nabi Adam dikeluarkan dari surga. Nabi Adam yang
dianggap telah melanggar perintah Allah itu kemudian menyesali perbuatannya dan
segera bertaubat pada Allah selama beberapa tahun seraya berdoa ربنا ظلمنا انفسنا وان لم تغفر لنا أو ترحمنا لنكونن من الخاسرين .
Dalam islam, disyariatkannya taubat pada tahun ke 9 dari hijrahnya Nabi ke Madinah.
Sewaktu Rasulullah pergi berperang dalam peperangan Tabuk, ada beberapa
lelaki yang tidak mengikuti peperangan tersebut, kemudian diajarkan pada mereka
apa yang patut mereka dapatkan. Tiga orang dari mereka bertaubat, kemudian
Allah menerima taubat mereka. Sebelum islam datang, taubat itu lebih sulit
dilakukan, berbeda dengan taubat yang dibawa oleh Nabi Muhammad ﷺ untuk umatnya. Jika kaum Bani Israil melakukan
dosa besar kemudian ingin bertaubat, tidak ada jalan lain yang Allah akan
mengampuninya kecuali dengan membunuh dirinya sendiri.
Dalam bertaubat, tidak cukup hanya sekadar beristighfar, Allah berfirman
dalam ayat sucinya “Wahai orang-orang
yang beriman, taubatlah kalian kepada Allah dengan taubat nasuha” maksud kata Nasuha
adalah الخالص لله تعالى خاليا عن الشوائب . Taubat juga tidak khusus
ketika seseorang melakukan dosa besar, taubat itu wajib bagi setiap orang
disetiap saat, karena perilaku dan perkataan seseorang pasti tidak lepas dari kesalahan.
Jika taubatnya itu sudah memenuhi kriteria taubat yang
benar, taubatnya
dianggap sah dan diterima oleh Allah.
Ibnu Athoillah
as-Sakandari mengatakan dalam kitab al Hikam ,kemaksiatan yang bisa menjadikan
orang itu merasa hina dan butuh pada Allah itu lebih baik daripada ketataan yang dapat
menimbulkan dalam hati seseorang sifat besar dan sombong. Sekilas,
maksiat itu
lebih baik daripada to’at, tentu dalam
hal ini tentu ibnu Atoillah tidak bermaksud seperti itu.
Arti dari kata-kata tadi adalah bertaubat setelah melakukan kemaksiatan, sehingga diri si pelaku merasa
sangat hina dan butuh kepada Allah itu jauh lebih baik daripada orang yang
sehari-harinya melakukan ketaatan kepada Allah sehingga dalam dirinya timbul
rasa sombong, tinggi dan merasa dirinya sudah selamat dari neraka Allah. Itu karna
sifat hina dan merasa butuh pada Allah
adalah sifat kehambaan sedangkan sifat sombong dan tinggi adalah sifat
ketuhanan yang mana jika kita menggunakan kedua sifat itu, akan membuat kita
menjadi hina dan ketaatan yang kita lakukan menjadi tidak diterima.
Tidak dipungkiri, bahwa setiap
orang pasti melakukan kesalahan baik secara qouli ataupun fi’li.
Jadi, taubat adalah salah satu upaya
untuk menutupi dosa yang telah kita buat. Taubat juga bertujuan untuk
mendapatkan kembali hidayah dari Allah agar hati tenang dan tentram untuk
kembali beribadah kepada Allah. Nabi Muhammad pernah bersabda التائب حبيب الله والتائب من الذنب كمن لا ذنب له أخرجه ابن ماجه “orang yang bertaubat adalah kekasih Allah dan
orang yang bertaubat dari dosa bagaikan tidak ada dosa baginya”. Allah sangat
menyukai hambanya yang bertaubat kerna dengan hal itu,hamba tersebut merasa
butuh pada Allah dan menyesali perbuatannya.
Akhiran,semoga
kita semua dijadikan oleh Allah sebagai hamba yang senantiasa ingat kepada
Allah dan diberi hidayah untuk terus melakukan ibadah serta bertaubat kepada
Allah.Wallahu a’lam.
oleh; Ust. Muzammil musthofa
EmoticonEmoticon