Friday, 9 June 2017

Keluarga Punya Hutang Puasa, Bagaimana Cara Menggantinya (qadha)?

Keluarga Punya Hutang Puasa,  Bagaimana Cara Menggantinya (qadha)?

Pernah ada seseorang yang bertanya tentang “ apakah boleh menambal atau mengqadhai puasanya orang sudah meninggal dunia disebabkan ia jatuh sakit sehingga tidak mampu lagi untuk berpuasa?”.

Untuk menjawab pertanyaan di atas, perlu kiranya kami jelaskan tentang konsep dasar mengqodho’i puasanya orang yang telah meninggal. Yaitu apabila seorang yang telah meninggal dunia dalam keadaan memiliki tanggungan puasa maka diperinci sebagai berikut:

Jika ia meninggal dalam keadaan mempunyai tanggungan puasa yang ditinggalkan tanpa alasan yang dibenarkan,  atau alasan yang dibenarkan seperti sakit akan tetapi tidak segera mengqodhoi puasanya padahal ada kesempatan untul melaksakan qadha, maka menurut pendapat yang dipilih oleh imam nawawi,  keluarga yang ditinggal (kerabat-kerabat) boleh memilih antara membayar fidyah (Tebusan) berupa satu mud,  kurang lebih 7 ons makanan pokok dari harta peninggalannya untuk diberikan kepada fakir miskin.  Atau salah satu dari kerabat melaksanakan puasa sebagai ganti dari yang meninggal. Dalam hadis dinyatakan:

من مات وعليه صيام صام عنه وليه

Artinya: “Barangsiapa meninggal dalam keadaan mempunyai tanggungan puasa, maka walinya atau keluarganya dapat berpuasa menggantikannya” HR. Bukhari, Muslim.

Keluarga Punya Hutang Puasa,  Bagaimana Cara Menggantinya (qadha)?

Pelaksaan puasa juga dapat dilakukan oleh orang lain dengan seizin keluarganya (biasanya orang-orang membayar orang lai untuk berpuasa sebagai qadha kaluarganya.  Dalam keadaan orang yang meninggal tidak mempunyai harta peninggalan, dianjurkan salah satu keluarga mengeluarkan hartanya untuk membayar fidyah.

Jika ia meninggal puasa karena alasan yang dibenarkan, dan meniggal dunia sebelum mempunyai kesempatan meng qadha puasanya,  misalnya karena sakit atau haid, maka tidak berdosa dan tidak mempunyai kewajiban apapun.

Sedangkan orang sakit yang menurut dokter sulit disembuhkan dan tidak mampu untuk melaksanakan puasa, maka bagi yang mampu,  wajib membayar fidyah satu mud makanan pokok untuk setiap hari puasa yang ditinggalkannya.

Lebih detailnya, lihat I’anatut Tholibin junz 2 hal. 2241-244, Hasyiah al-Syirwani ala Tufhatil Muhtaj juz 3 hal.434-435

Artikel Terkait


EmoticonEmoticon