Matrealisme Abad Ke 19-Selama
berabad-abad manusia mencari-cari asal mula terciptanya alam semesta ini.
Beberapa saintis, filosofis hingga teologis berusaha mengungkap rahasia besar
ini. Maka dapat dikatakan bahwa ada tiga macam konsepsi tentang alam semesta,
yaitu: konsepsi ilmiah, konsepsi filosofis, dan konsepsi religius[1].
Pada abad ke-19 muncul teori Matrealisme yang mencoba mengungkap hal ini dengan
mengemukakan dua gagasan pokok yaitu[2]:
1. Alam
semesta telah ada sejak waktu yang tak terbatas, dan karena tidak mempunyai
awal atau akhir, alam semesta tidak diciptakan.
2. Segala
sesuatu dalam alam semesta hanyalah hasil peristiwa kebe-tulan dan bukan produk
rancangan, rencana, atau visi yang disengaja.
Teori ini lahir dari pemikiran para filosof Yunani kuno, para
penganutnya dikenal sebagai kaum matrealis. Istilah matrealisme diambil dari
gagasan utama mereka yang memandang materi sebagai asal ataupun dasar dari
segala hal. Teori ini mempercayai bahwa alam semesta ini ada karena suatu hal
yang mereka sebut “kebetulan”, tanpa adanya penciptaan, permulaan maupun akhir.
Teori cetusan kaum matrealis ini dengan jelas mengabaikan
keberadaan tuhan sebagai pencitpta dengan mengutarakan konsepsi bahwa alam
semesta terjadi tanpa adanya penciptaan.
Begitu juga dengan segala keselarasan, keseimbangan dan keteraturan yang
hanya mereka klaim sebuah peristiwa kebetulan yang tak bertujuan.
Diantar para ilmuwan yang
memperjuangkan teori ini adalah Immanuel Kant yang sangat mengagunggkan teori
ini dengan karya matrealis dialektik seperti Karl Marx dan Friedrich Engels.
Oleh: Ienash Huwaida Aziz
[1] M. Muthahhari, Manusia dan Alam semesta. 33
[2]Harun
Yahya, Pustaka Sains Populer Islami, Penciptaan Alam Semesta,1.
EmoticonEmoticon